Kamis, 27 November 2008

Suka duka punya anak remaja


Pada kebanyakan dari kita, saat punya bayi, merasa sangat senang, tetapi repotnya juga minta ampun banyaknya. Sering orang berpikir bahwa punya anak yang masih bayi, adalah masa yang paling merepotkan.Apakah benar begitu ?

Sepertinya semua tenaga dan pikiran, termasuk uang dicurahkan untuk si baby.Sering orang berpikir, seandainya anak ini cepat besar, mungkin kerepotan akan segera berkurang. Eh, ternyata pikiran tersebut tidak semuanya benar.
Dengan bertambahnya usia anak, maka si anak juga memasuki fase kehidupan yang berbeda, yang tentunya juga sangat membutuhkan perhatian dari orang tua. Kita sebagai orang tua sebaiknya mengetahui kebutuhan anak sesuai dengan fase perkembangannya, meliputi kebutuhan jasmani, kebutuhan jiwani dan rohaninya.
Ada seorang Ibu yang menceritakan pengalamannya , seperti ini :
" Pada waktu anak saya berusia di bawah 12 tahun, termasuk anak yang manis, menurut apa kata orang tua, di sekolah juga termasuk anak yang disenangi teman maupun gurunya. Prestasi akademis maupun non akademis selalu menonjol, di atas rata-rata.
Tapi betapa kagetnya saya, pada saat anak saya masuk SMP kelas 2, sekitar umur 13 tahun, sikapnya mendadak berubah. Mulai menunjukkan sikap membantah, memberontak, berbicara dengan nada keras kepada orang tua. Orang tua ngomong baik-baik, eh dianya membentak. Sekalipun beberapa teman sudah mengingatkan "siap-siap kaget punya anak remaja". Tapi masih shock juga, karena sangat berbeda dibanding sebelumnya.Kami tidak pernah membentak ataupun bicara dengan nada keras."
Mungkin cukup banyak orang tua yang mempunyai pengalaman seperti yang diceritakan oleh Ibu di atas
Ada cukup banyak buku-buku yang membahas tentang anak dan remaja, yang bisa dipakai sebagai bekal ilmu dalam mengasuh anak. Sebagai orang tua sebaiknya lebih banyak belajar mengenai pola asuh anak, supaya lebih mengerti bahwa masa remaja adalah masa peralihan seorang anak menuju dewasa, masa pencarian jati diri.Di masa ini, anak memiliki energi yang sangat besar, sepertinya tidak pernah merasa lelah.
Sebagai orang tua, sebaiknya menjadi wadah dan menjadi fasilitator agar energi besar si anak disalurkan pada sasaran yang tepat. Artinya, dukung anak untuk melakukan kegiatan yang positif dan bermanfaat.

Read More......